I’ll find my way back home

(d) unspoken space
2 min readJul 19, 2023

--

Bagaimana jika jalan pulang yang setiap hari aku lalui, pedagang pinggir jalan yang aku kenali, perpotongan jalan yang selalu aku ingat, bahkan anak kecil yang sering aku tegur karena bermain terlalu dekat dengan sisi jalan, secara tiba-tiba berubah?

Jalan pulang yang aku lihat sekarang terasa asing, rasanya seperti ini bukan jalan pulangku. Tempat ini sangat asing, gelap, bahkan beberapa kali aku tidak menyadari ada perpotongan jalan di depan sana.

Mencoba selalu melawan diri sendiri dengan berkata, “Ini bukan jalan pulangku” namun tidak bisa dielak bahwa setiap harinya jalan asing inilah yang selalu aku lewati, sejak hari itu hingga waktu yang bahkan tidak bisa aku tentukan.

Dimana jalan pulangku yang biasanya?

Aku selalu mempertanyakan hal itu terus-menerus. Tidak berbohong bahwa sebenarnya aku telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang terus berputar di benakku, namun satu dari sisiku menolak itu sebagai jawabnya, denial kataku.

Sisi penerimaanku belum sampai pada tahap itu. Selalu mengibaratkan ini sebagai bunga tidur burukku, maka keinginanku hanya ingin terbangun dan kembali pada jalan pulangku yang biasanya.

Namun sisi lain ku terkadang kembali menyadarkan bahwa “ini adalah jalan pulangmu yang sekarang” dan kepasrahan dirikulah yang bekerja keras untuk selalu meyakinkan “tidak apa, ini hanya sementara”. Kepasrahan itulah yang meyakinkan diriku bahwa nanti — entah kapan itu aku akan menemukan kembali jalan pulangku dan benar saja.

Aku kembali pada jalan pulangku yang biasanya, pedagang pinggir jalan yang aku kenali, perpotongan jalan yang selalu aku ingat, bahkan anak kecil yang sekarang tumbuh semakin besar telah kujumpai masih bermain terlalu dekat dengan sisi jalan.

“Jalan pulangku kembali”

Haruskah aku mengucapkan selamat pada diriku sendiri? Atau haruskah aku memberi tepuk tangan pada kepasrahanku yang telah membuat aku bertahan?

Bagaimanapun itu aku berbahagia telah menemukan kembali jalan pulangku dan kepada jalan pulangku yang asing tempo hari, terima kasih telah membiarkan aku melaluinya dengan baik.

Terima kasih telah mengingatkanku pada rumahku, kau menunjukan bahwa sejauh apa aku berjalan rumah itu adalah satu-satunya tempatku berpulang dan jalan itu adalah satu-satunya jalan pulangku. Terima kasih telah menemukan kembali jalan pulangku yang sempat hilang dan akhirnya aku kembali pada rumahku.

— diskoria, d.

--

--

No responses yet